Saat Di Hina
‘’ Ustaz, saya tidak melakukan satu
kesalahan pun. Bahkan saya selalu merasa berbuat baik padanya. Namun, semuanya
seperti debu yang tersapu angin, hilang dan tidak berbekas. Tragisnya lagi,
kata-kata kotor dan merendahkan justru berhamburan dari lisannya! Saya dihina
habis-habisan,” seorang jamaah mengeluh selepas halaqah dengan nada super
kesal.
Atas
curhatan seorang jamaah ini, ada baiknya kita melihat kembali sejarah
Rasulullah SAW yang pernah mendapati keadaan yang lebih buruk dari itu. Seperti
dituturkan oleh Abu Bakar As-Shiddiq. Suatu ketika, sahabat terdekat Nabi ini
termenung. Ia terus bertanya-tanya, amal saleh apa yang pernah dikerjakan oleh
Rasulullah, tetapi belum ia kerjakan.
Maka,
ia pun bertanya kepada anaknya, Aisyah, yang juga merupakan istri Nabi. “wahai
anakku, apa kira-kira amal yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika masih
hidup tapi belum pernah aku kerjakan?”, Aisyah menjawab, “Rasulullah selalu
memberi makan kepada seorang Yahudi buta di pojok sudut pasar.” Tidak menunggu
waktu lama, Abu Bakar pun menghampiri perempuan tersebut.
Sambil
mengeluarkan roti, Abu Bakar mendekati perempuan Yahudi itu. Benar, perempuan
buta itu terus saja mengatakan hal buruk-buruk tentang Rasulullah. Ia menghina
Rasulullah dan menyuruh orang-orang dipasar untuk tidak mengikuti ajakan
Muhammad. Abu Bakar mendengar itu semua dengan gejolak hati tidak
menentu.
Ia
tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Rasulullah saat memberi makan
perempuan buta itu. Padahal telinga beliau dibombardir kalimat-kalimat ejeken
dan hinaan. Suapan pertama pun telah masuk. Tapi terkagetlah Abu Bakar. Sambil
memuntahkan kembali suapannya, perempuan buta itu berkata ketus, “siapa kamu,
kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan.”
Abu
Bakar berkata, “Dari mana engkau tahu bahwa aku bukanlah orang yang biasa
memberimu makan?” Perempuan itu menjawab, “Makanan yang engkau beri tidak kau
haluskan lebih dulu, orang yang biasa memberiku makan selalu menghaluskan
makanan lebih dulu karena ia tahu gigiku sudah tak sanggup lagi mengunyah
makanan”.
Tidak
sabar dengan keadaan yang tak menentu di hatinya ini, Abu Bakar sambil terisak
berujar, “Ketahuilah, orang yang biasa memberimu makan sudah wafat beberapa
hari yang lalu dan aku adalah sahabatnya. Orang yang biasa memberimu makan
adalah Muhammad, lelaki yang tiap hari selalu bersabar meski kau hina dan caci,
sedangkan ia tak pernah berhenti menyuapkan makanan ke mulutmu.
Perempuan
Yahudi yang buta itu kaget bukan main. Dan , tak lama kemudian tangisannya pun
pecah. Ia menyesal belum sempat minta maaf kepada orang yang sangat peduli
dengannya. Padahal, tidak ada seorang keluarganya pun yang peduli.
Subhanallah,
saat hinaan dibalas dengan kesabaran, ternyata buahnya adalah ilmu, hikmah, dan
hadiah yang luar biasa dari ALLAH SWT. Sebagaimana perempuan Yahudi yang
kemudian bersyahadat ini, semoga saja dengan tetap bersabar akan terbersit
pintu kebaikan dalam hidup kita. Amin
No comments:
Post a Comment